1. SPIRITUALITAS MARTHIN LUTHER
2. MARTHIN LUTHER DAN GEREJA LUTHERAN
1. Luther menjadi penentang beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik RoMA. Ia sangat membantah pandangan Katolik mengenai indulgensia sebagaimana yang ia pahami, bahwa kebebasan dari hukuman akibat dosa dapat dibeli dengan uang. Luther mengusulkan suatu diskusi akademis seputar praktik dan keefektifan indulgensi dalam 95 Tesis karyanya tahun 1517. Penolakannya untuk menarik kembali semua ajaran dalam tulisan-tulisannya atas permintaan Paus Leo X pada 1520 dan Kaisar Romawi Suci Karl V pada 1521 di Sidang Worms mengakibatkan ekskomunikasinya oleh sang paus serta pemakluman dirinya sebagai seorang pelanggar hokum oleh sang kaisar.
Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan, konsekuensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata sebagai anugerah bebas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dari dosa. Teologinya menantang otoritas dan jabatan kepausan dengan mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang diwahyukan secara ilahiah dari Allah[3] serta menentang sakerdotalisme dengan memandang semua orang Kristen sebagai imam yang kudus.[4] Mereka yang mengidentifikasi diri dengan hal-hal tersebut, dan semua ajaran Luther yang lebih luas, disebut Lutheran, kendati Luther bersikeras dengan Kristen ataupun Injili semata sebagai nama-nama yang dapat diterima untuk menyebut individu yang mengakui Kristus.
Penerjemahan Alkitab yang dilakukannya ke dalam bahasa vernakular Jerman (bukan bahasa Latin) menjadikan Alkitab lebih mudah diakses oleh kaum awam, sehingga menghasilkan dampak yang luar biasa pada gereja maupun budaya Jerman. Hal tersebut membantu perkembangan dari versi baku bahasa Jerman, menambahkan sejumlah prinsip bagi seni penerjemahan,[] dan memengaruhi penulisan dari suatu terjemahan bahasa Inggris, yaitu Alkitab Tyndale.[6] Himne-himne karyanya memengaruhi perkembangan nyanyian dalam gereja-gereja Protestan.[7] Perkawinannya dengan Katharina von Bora seorang mantan biarawati, menjadi model bagi praktik perkawinan klerikal, yang memungkinkan kaum rohaniawan Protestan untuk menikah.[8]
Dalam dua karya tulis terakhirnya, Luther mengekspresikan pandangan-pandangan antagonistis terhadap kaum Yahudi , menulis bahwa rumah-rumah dan sinagoge-sinagoge Yahudi seharusnya dihancurkan, uang mereka disita, dan kebebasan mereka dibatasi. Dikecam oleh hampir semua denominasi Lutheran, pernyataan-pernyataan tersebut dan pengaruhnya terhadap antisemitisme memberikan kontribusi pada status kontroversialnya.
Ajaran khas Martin Luther yang sering kali juga diakui sebagai ciri khas ajaran Reformasi disimpulkan dalam tiga sola, yaitu sola fide, sola gratia dansola scriptura ., yang berarti "hanya iman", "hanya anugerah", dan "hanya Kitab Suci". Maksudnya, Luther menyatakan bahwa keselamatan manusia hanya diperoleh karena iman kepada karya anugerah Allah yang dikerjakan-Nya melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh Kitab Suci. (Efesus 2:8-9 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri)
Luther menentang praktik penyalahgunaan indulgensia (penghapusan hukuman sementara akibat dosa) pada saat itu. Luther menyatakan bahwa manusia diselamatkan bukan karena amal atau perbuatannya yang baik, melainkan semata-mata oleh karena anugerah Allah. Hal ini didasarkan pada perkataan Paulus dalam Surat Roma: "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)
SAKRAMEN
Gereja Lutheran mengakui dua sakramen: Pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Katekismus Lutheran mengajarkan bahwa pembaptisan adalah karya Allah, berlandaskan perkataan dan janji Kristus; sehingga dilayankan baik bagi bayi maupun orang dewasa. Gereja Lutheran percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus adalah sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus yang dianugerahkan kepada umat Kristiani untuk dimakan dan diminum, yang diperintahkan oleh Kristus sendiri.
Banyak Kaum Lutheran yang melestarikan pendekatan liturgis terhadap Ekaristi. Komuni Kudus (atau Perjamuan Tuhan) dipandang sebagai tindakan sentral dari pemujaan Kristiani. Gereja Lutheran percaya bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hadir bersama dengan tubuh dan darah Yesus, bukannya menggantikan atau melambangkan tubuh dan darah-Nya belaka. Mereka mengaku dalam Apologi dari Pengakuan Augsburg:
“
"...kami tidak menghapuskan Misa namun secara rohaniah mempertahankan dan membelanya. Di kalangan kami Misa dirayakan setiap Hari Tuhan dan pada hari-hari raya lainnya, bilamana Sakramen itu disediakan bagi orang-orang yang hendak mengambil bagian darinya, setelah mereka diperiksa dan diampuni. Kami juga mempertahankan bentuk-bentuk liturgis tradisional, seperti urut-urutan dalam pembacaan Alkitab, doa-doa, busana liturgi, dan hal-hal serupa lainnya." (Apologi dari Pengakuan Augsburg, Artikel XXIV.1)
”
Ikonoklasme[sunting | sunting sumber]
Beberapa tokoh reformasi Protestan, khususnya Andreas Karlstadt, Huldrych Zwingli dan Yohanes Calvin mendukung penyingkiran citra-citra religius dengan mendasarkan pendapat mereka pada larangan penyembahan berhala dan pembuatan citra pahatan dari Allah dalam Dekalog (Sepuluh Perintah Allah). Hasilnya, patung-patung dan gambar-gambar dirusak dalam serangan spontan individual maupun huru-hara ikonoklastis yang tidak sah. Meskipun demikian, dalam banyak kasus citra-citra religius disingkirkan secara baik-baik oleh otoritas sipil di kota-kota dan daerah-daerah teritorial Eropa yang baru saja direformasi.
Tidak seperti Gereja-Gereja Protestan lainnya, Gereja-Gereja Lutheran pada umumnya tidak begitu anti terhadap penggunaan citra-citra religius. Ini disebabkan oleh pernyataan Martin Luther sendiri bahwa orang-orang Kristen harus bebas untuk menggunakan citra-cita selama mereka tidak menyembahnya lagi.
2 . GEREJA GEREJA LUTHERAN DI INDONESIA
Gereja-gereja Lutheran di Indonesia
Selain HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), gereja-gereja Lutheran di Indonesia umumnya menyebar di Sumatra Utara, yakni wilayah pelayanan misi RMG (Rheinische Missions-Gesselschaft) dulu. Gereja-gereja tersebut adalah GKPI (Gereja Kristen Protestan Indonesia), GKPS (Gereja Kristen Protestan Simalungun), GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola), GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak-Dairi), HKI (Huria Kristen Indonesia), GPKB (Gereja Punguan Kristen Batak), GKLI (Gereja Kristen Luther Indonesia), GPP (Gereja Protestan Persekutuan), GKR (Gereja Kristen Rejang), GLI (Gereja Lutheran Indonesia) GLI merupakan anggota WELS Wisconsin
Evangelical Lutheran Synod dan CELC (Confessional Evangelical Lutheran Conference).
Gereja-gereja di Nias dan KepulauanMentawai juga tergolong gereja-gereja Lutheran, yaitu BNKP (Banua Niha Keriso Protestan), AMIN (Angowulua Masehi Indonesia Nias), ONKP (Orahua Niha Keriso Protestan), BKPN (Banua Keriso Protestan Nias), dan GKPM (Gereja Kristen Protestan Mentawai).
Selain menjadi anggota Federasi Lutheran se-Dunia (LWF), banyak dari gereja-gereja di atas yang juga menjadi anggota PGI.
TUGAS
1. Menuliskan spiritualitas yang paling mendasar dari Marthin Luther sesuai dengan isi materi yang and abaca !
2. Menuliskan secara benar Gereja - gereja Lutheran yang ada di Indonesia !
Comentários